Teori Terjadinya Penyakit

Teori Terjadinya Penyakit
  
1.  Teori Contangion

Teori ini adalah teori yang paling sederhana, bahwa panyakit berasal dari kontak langsung antar penyakit seperti penyakit cacar dan herpes. Kontak langsung ini dapat berupa lewat media kulit (panu), melalui jarak jauh (udara/bersin), bersinggunangan dengan penyakitnya dan zat penular lainnya (kontangion).
Konsep teori contangion dicetuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553) yang mengatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui zat penular (transference) yang disebut kontangion. Girolamo membedakan macam-macam kontangion, yaitu pertama, jenis kontangion yang dapat menular melalui kontak langsung (bersentuhan, berciuman, hubungan seksual), kedua, jenis kontangion yang menular melalui benda-benda perantara (benda tersebut tidak tertular, namun mempertahankan benih dan kemudian menularkan pada orang lain) misalnya melalui pakaian, handuk dan sapu tangan, ketiga, jenis kontangion yang dapat menularkan dengan jarak jauh.
Teori ini tentunya dikembangkan berdasarkan situasi penyakit pada masa itu, dimana penyakit yang melanda kebanyakan adalah penyakit menular yang terjadi akibat adanya kontak langsung. Teori ini bermula dikembangkan berdasarkan pengamatan terhadap epidemic dan penyakit lepra di Mesir.

2.   Teori Hipocrates

Menyusul Contagion Theory, para pemikir kesehatan masyarakat yang dipelopori oleh Hippocrates mulai lebih mengarahkan kausa pada suatu faktor tertentu. Hippocrates mengatakan bahwa kausa penyakit berasal dari alam; cuaca dan lingkungan yang ditunjuk sebagai biang keladi terjadinya penyakit .Teori ini mampu menjawab masalah penyakit yang ada pada waktu itu dan dipakai hingga tahun 1800-an. Kemudian ternyata teori ini tidak mampu menjawab tantangan berbagai penyakit infeksi lainnya yang mempunyai rantai penularan yang lebih berbelit-belit.
Teori Hipocrates menyatakan bahwa sebuah penyakit terjadi karena faktor lingkungan seperti udara, tanah, cuaca dan air. Bapak kedokteran dunia, Hipocrates (460-377 SM), berhasil membebaskan hambatan filosofis yang bersifat spekulatif superstitif (tahayul) dalam mengartikan terjadinya penyakit pada zamannya. Hipocrates menyebutkan 2 teori asal terjadinya penyakit yaitu, pertama, penyakit terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup, dan kedua, penyakit berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang. Kedua teori tersebut termuat dalam bukunya yang berjudul “On Airs, Water and Places”.
Observasinya tentang penyebab dan oenyebaran penyakit di populasi dalam beberapa hal tenyata lebih akurat dibandingkan dengan beberapa observasinya tentang pengobatan medis terhadap penyakit. Hipocrates merupakan orang yang sama sekali tidak mempercayai hal-hal yang berbau tahayul, ia meyakini bahwa penyakit terjadi karena proses alamiah belaka. Ia juga mengatakan bahwa masalah lingkungan dan perilaku penduduk dapat mempengaruhi tersebarnya penyakit pada masyarakat.

3.      Teori Miasma (Miasmatic Theory)

Timbulnya penyakit adalah berasal dari uap sisa hasil pembusukan makhluk hidup, barang yang membusuk atau dari buangan limbah yang tergenang, sehingga mengotori udara dan dipercaya sebagai mengambil bagian dalam proses penyebaran penyakit. Konsep ini muncul pada sekitar abad 18-19. William Farr  merupakan penyokong penting kepada teori miasma.
Waktu itu, ada kepercayaan bahwa bila seseorang menghirup miasma, maka ia akan terkena penyakit. Pencegahannya dapat dilakukan dengan menutup rumah rapat-rapat terutama di malam hari, karena orang percaya udara malam cenderung mengandung miasma. Kemudian, kebersihan juga dianggap hal penting untuk dapat mencegah/menghindari miasma tersebut. Saat ini cara sanitasi yang dilakukan sangat efektif mengurangi tingkat kematian.

4.  Teori Kuman (Germ Theory)

Teori ini menyatakan bahwa penyebab penyakit adalah berasal dari kuman. Suatu kuman (mikroorganisme) ditunjuk sebagai kausa penyakit. Teori ini sejalan dengan kemajuan di bidang teknologi kedokteran, ditemukannya mokroskop yang mampu mengidentifikasi mikroorganisme. Kuman dianggap sebagai penyebab tunggal penyakit. Namun selanjutnya ternyata teori ini mendapat tantangan karena sulit diterapkan pada berbagai penyakit kronik, misalnya penyakit jatung dan kanker, yang penyebabnya bukan kuman.Para ilmuan saat itu diantaranya Louis Pasteur (1822-1895), Robert Koch (1843-1910) dan Ilya Mechnikov (1845-1016) mengatakan bahwa mikroba merupakan etiologi penyakit.
Pengamatan Louis Pasteur pada fermentasi anggur adalah salah satu bukti konsep teori Kuman. Ia menemukan proses pasteurisasi dalam melakukan fermentasi tersebut, yaitu dengan cara memanasi cairan anggur hingga temperature tertentu sampai kuman yang tak diinginkan menyebabkan kegagalan fermentasi mati tapi cairan anggur tidak rusak. Temuan lainnya yang mengesankan adalah adanya virus rabies dalam organ saraf anjing, dan berhasil menemukan vaksin anti rabies. Untuk itulah Louis Pasteur dijuluki Bapak Teori Kuman.
Tokoh lainnya adalah Robert Koch. Temuannya dikenal dengan “Postulat Koch” yang terdiri dari, pertama, kuman harus dapat ditemukan pada semua hewan yang sakit, tidak pada yang sehat, kedua, kuman dapat diisolasi dan dibuat biakannya, ketiga, kuman yang dibiakkan dapat ditularkan secara sengaja pada hewan yang sehat dan menimbulkan penyakit yang sama, dan keempat, kuman tersebut harus bisa diisolasi ulang dari hewan yang diinfeksi.

5.  Segitiga Epidemiologi (Epidemiology Triangle)
Teori yang dikembangkan oleh John Gordon ini menggambarkan hubungan 3 komponen penyebab penyakit yaitu host, agen dan lingkungan (dibentuk segitiga). Agen merupakan entitas yang diperlukan untuk mengakibatkan penyakit pada host yang rentan. Agen dapat bersifat biologis (parasit, bakteri, virus), juga dapat bersifat bahan kimia (racun, alkohol, asap), fisik (trauma, radiasi, kebakaran), atau gizi (defisiensi, kelebihan). Agen memiliki sifat, pertama, infektivitas yaitu kemampuan agen untuk mengakibatkan infeksi pada host yang rentan, kedua, patogenitas yaitu kemampuan agen untuk menyebabkan penyakit pada host, dan ketiga virulensi yaitu kemampuan agen untuk menimbulkan berat ringan suatu penyakit pada host.
Sedangkan host merupakan manusia atau organisme yang rentan oleh adanya agen. Faktor internal host meliputi umur, jenis kelamin, ras, agama, adat pekerjaan dan profil genetik. Lingkungan adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang bukan bagian dari agen atau host, tetapi dapat mendukung masuknya agen ke dalam host dan menimbulkan penyakit.
Teori ini mencoba menghubungkan terjadinya penyakit dengan cuaca dan faktor geografi(tempat). Suatu zat organic dari lingkungan dianggap sebagai pembawa penyakit. Misalnya air tercemar menyebabkan gastroenteritis. Teori ini diterapkan oleh John Snow dalam menganalisis terjadinya diare di London.

6.  Jala-jala Kausasi (The Web of Causation)

Pencetus teori ini adalah MacMahon dan Pugh (1970). Konsepnya adalah setiap penyakit tidak hanya tergantung kepada sebuah faktor penyebab, melainkan tergantung kepada sejumlah faktor dalam rangkaian proses sebab akibat. Terdapat faktor sebagai promotor dan ada pula sebagai inhibitor. Semua faktor secara klektif dapat membentuk “web of causation” dimana setiap penyebab saling terkait satu sama lain. Perubahan pada salah satu faktor dapat berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit. Kejadian penyakit pada suatu populasi mungkin disebabkan oleh gejala yang sama (phenotype), mikroorganisme, abnormalitas genetik, struktur social, perilaku, lingkungan, tempat kerja, dan faktor lainnya yang berhubungan. Sehingga, timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai titik.
Sebagai contoh infeksi tuberklosis paru yang disebabkan oleh invasimycobacterium tuberclosis pada jaringan paru, tidak dianggap sebagai penyebab tunggal terjadinya TBC. Disini TBC tidak hanya terjadi sebagai akibat keterpaparan dengan kuman TBC semata, tertapi secara multifaktorial berkaitan dengan faktor genetic, malnutrisi, kepadatan penduduk dan derajat kemiskinan. Demikian pula halnya dengan kolera yang disebabkan oleh tertelannya vibrio kolera ditambah dengan beberapa (multi) faktor resiko lainnya. 

7.  Model Roda (The Wheel Causation)

Teori ini menggambarkan hubungan manusia dan lingkungannya sebagai roda. Roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetic pada bagian intinya, dan lingkungan biologis, social, fisik, mengelilikgi manusianya. Ukuran komponen roda bersifat relatif, tergantung problem spesifik penyakit yang bersangkutan. Contoh pada penyakit herediter, proporsi inti genetik relatif lebih besar, sedang pada penyakit campak status imunitas manusia dan lingkungan biologis lebih penting daripada faktor genetik. Peranan lingkunagn social lebih besar dari yang lainnya dalam hal stress mental, sebaliknya pada penyakit malaria peran lingkungan biologis lebih besar.

Sumber :  
http://www.labsaya.com/2013/03/epidemiologi-teori-tentang-terjadinya.html
Modul Materi Dasar Epidemiologi Semester 3 FKM UNDIP  
Timmreck, Thomas C. Epidemiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001.

4 komentar:

 
Speak Up! Blog Design by Ipietoon