Identifikasi Kasus Epidemiologi

Tugas 3


Identifikasi Wabah Penyakit Campak di Cirebon

Campak merupakan penyakit yang sangat mudah menular dari orang ke orang melalui udara. Virus yang menyebabkan campak dapat bertahan diudara untuk periode yang lama. Campak adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus campak dengan gejala prodromal seperti demam, batuk, coryza/pilek, dan konjungtivitas, kemudian diikuti dengan munculnya ruam makulopapuler yang menyeluruh diseluruh tubuh. Campak juga merupakan penyakit yang mempunyai periodisitas tahunan (cyclic) dimana campak bersifat endemis/berjangkit sepanjang tahun, bisa muncul kapan saja sepanjang tahun dan tidak mengenal musim. Etiologi campak adalah virus RNA dari Famili Paramixoviridae, genus Morbivirus. Penyebaran virus maksimal adalah dengan tetes-tetes semprotan selama masa prodromal (stadium kataral). Penyakit ini umumnya menyerang balita yaitu anak berumur dibawah 5 tahun. 

Dari data statistik WHO pada tahun 2010 menyebutkan bahwa 1% kematian pada anak usia dibawah lima tahun disebabkan oleh campak.3 Indonesia termasuk negara berkembang yang insiden kasus campaknya cukup tinggi. Dari profil kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2010 dilaporkan Incidence Rate campak di Indonesia sebesar 0,73 per 10.000 penduduk. Sedangkan CFR pada KLB campak pada tahun 2010 adalah 0,233. Status imunisasi campak setiap individu akan berpengaruh terhadap perlindungan kelompok dari serangan penyakit campak di wilayah tersebut. Dengan tersedianya vaksin yang sangat poten maka imunisasi merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk menanggulangi penyakit campak di masyarakat. Program imunisasi campak menganjurkan pemberian vitamin A, karena infeksi campak juga dikaitkan dengan penurunan kadar vitamin A, dan rendahnya kadar vitamin A dikaitkan dengan peningkatan mortalitas anak.
Persebaran atau distribusi serta frekuensi penyakit campak dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut yaitu:

1.      Persebaran penyakit campak yang paling tinggi berada pada 2 kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi. Kepadatan penduduk memiliki pengaruh terhadap penyebaran penyakit campak karena transmisi virus penyakit campak lebih mudah terjadi pada perumahan rakyat yang padat, daerah yang kumuh dan miskin, serta daerah yang populasinya padat. Pemukiman yang padat dapat mempermudah penularan penyakit yang menular melalui udara, terutama penyakit campak yang proses penularannya terjadi saat percikan ludah atau cairan yang keluar ketika penderita bersin.
Gambaran Epidemiologi Kasus Campak di Cirebon Tahun 2004-2011, insiden campak berdasarkan kecamatan per 10.000 penduduk, diketahui bahwa pada tahun 2004 - 2011 Insiden kasus tertinggi sering terjadi di dua kecamatan yaitu kecamatan Kesambi  seperti digambarkan pada grafik dibawah ini:


Gambar 1. Distribusi Frekuensi Kasus Campak Berdasarkan Kecamatan di Cirebon tahun 2004- 2011.

Tingginya insiden campak di kecamatan Kesambi pada tahun 2004, 2005, 2007 dan 2009 diperkirakan karena kepadatan penduduk yang tinggi. yaitu sebesar 8.827,30 penduduk per km2. Dikatakan tinggi karena kepadatan penduduk kecamatan lebih tinggi dari pada kepadatan penduduk kota. Diketahui bahwa penularan penyakit campak (transmisi virus campak) lebih mudah terjadi pada perumahan rakyat yang padat, daerah yang kumuh dan miskin, serta daerah yang populasinya padat.

2.      Berdasarkan kelompok umur, insiden campak berdasarkan kelompok umur di Cirebon tahun 2004, 2007, 2008, dan 2010 insiden campak tertinggi terjadi pada kelompok umur < 1 tahun, dan tahun 2005 dan 2006 insiden campak tertinggi pada kelompok umur 1-4 tahun. Sedangakan tahun 2009 dan 2011 insiden campak tertinggi pada kelompok umur 5-9 tahun. Insiden kasus campak terendah tahun 2004 sampai 2011 pada kelompok > 15 tahun. Secara umum, insiden campak tinggi pada kelompok umur di bawah 5 tahun setiap tahunnya.

3.      Faktor jenis kelamin juga memengaruhi proporsi kasus campak dimana campak lebih banyak terjadi pada laki-laki dikarenakan titer antibodi perempuan yang secara garis besar lebih tinggi. Tetapi tetap saja tingkat kefatalan penyakit ini sama baik itu terhadap laki-laki maupun perempuan.


  Gambar 2. Kasus Campak di Cirebon Tahun 2004- 2011 Menurut Jenis kelamin.


Proporsi kasus campak yang berjenis kelamin laki-laki (L) lebih banyak dari pada yang berjenis kelamin perempuan (P). Titer antibodi wanita secara garis besar lebih tinggi dari pada pria. Tetapi secara keseluruhan tidak ada perbedaan insiden dan tingkat kefatalan penyakit campak pada wanita ataupun pria

4.      Faktor lain yang menyebabkan persebaran penyakit ini tinggi adalah rendahnya cakupan imunisasi pada balita karena prilaku orang tua yang tidak mau anaknya diimunisasi dengan alasan takut terhadap efek samping dari imunisasi tersebut. Tetapi campak juga menyerang anak diatas  5 tahun. Hal ini dikarenakan selama balita anak tersebut belum pernah terserang campak sehingga belum ada antibodi yang terbentuk.

5.      Selanjutnya faktor lainnya adalah pemberian vitamin A yang bersamaan dengan imunisasi campak pada balita. Proporsi balita yang diberi vitamin A lebih banyak terkena penyakit campak dibanding yang tidak menerima vitamin A. 


Distribusi Frekuensi Kasus Campak di Cirebon Tahun 2010-2011 Berdasarkan Status Vitamin A

Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia. Anak - anak yang mendapatkan cukup vitamin A, bila terkena penyakit, penyakit tersebut tidak mudah menjadi parah, sehingga tidak membahayakan jiwa anak. Sedangkan anak yang kekurangan vitamin A dapat menurunkan respon antibody yang bergantung pada limfosit yang berperan sebagai kekebalan pada tubuh seseorang.8 Program imunissasi campak menganjurkan pemberian vitamin A, karena infeksi campak juga dikaitkan dengan penurunan kadar vitamin A, dan rendahnya kadar vitamin A dikaitkan dengan peningkatan mortalitas anak. Anak yang kekurangan vitamin A akan mengalami gangguan respon imun saat imunisasi, dan menunjukkan sel T yang abnormal yang mengacu kelainan imunodefisiensi.

6.      Musim hujan juga menjadi faktor pendukung terjadinya wabah campak dimana pada musim ini udara menjadi lebih lembab. Kelembaban yang tinggi dapat mempengaruhi penurunan daya tahan tubuh seseorang dan meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Oleh karena itu wabah campak di Cirebon meningkat pada musim penghujan yaitu di bulan April dan Oktober.
  
       Dapat disimpulkan bahwa  faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kasus campak antara lain imunisasi, status vitamin A, perilaku ibu dan pola asuh terhadap anaknya untuk itu perlunya dilakukan upaya peningkatkan respon kewaspadaan pada kelurahan/desa risiko tinggi kasus campak, meningkatkan cakupan imunisasi campak di seluruh kelurahan di kota Cirebon, terutama pada kelompok umur dibawah lima tahun dan pemberian penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya imunisasi campak. Demikianlah penjelasan secara singkat mengenai dasar-dasar epidemiologi sebagai bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Sumber Referensi
Arias, Kathleen Meehan. Investigasi dan Pengendalian Wabah. Jakarta: penerbit Buku                  Kedokteran EGC, 2003
Behrman,Richard E dkk. Ilmu Kesehatan Anak Vol. 2 Edisi 15, ed: A. Samik Wahab. Jakarta :       Penerbit Buku  Kedokteran EGC, 1999.
Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. 2002. "Pengamatan Epidemiologis (Surveilans )",      Pengantar Epidemiologi, Edisi 2.Jakarta: EGC, hal 100-106.
Martini, dkk. Modul Materi Dasar Epidemiologi. FKM : Undip, 2010.
Murti, Bhisma. 2003. "Surveilans",Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi  , Edisi Kedua.             Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal 299-307.
Nahawa, Siti. Diktat: epidemiologi dalam kebidanan.  Stikes Bina Generasi Polewali Mandar        Program Studi DIII Kebidanan, 2011.
Nurani, Dian Sari dkk. ”Gambaran Epidemiologi Kasus Campak di Kota Cirebon tahun 2004-2011”. Semarang: JKM FKM Undip, 2012.
Nutter, FW. 1999. “Understanding the Interrelationships Between Botanical, Human, and Veterinary Epidemiology: The Ys and Rs of It All. Ecosystem Health 5 (3): 131-140".
Timmreck, Thomas C. Epidemiologi SuatuPengantar. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004.
Sumber Lain:
Eagle. “Pengertian Epidemi, Endemi dan Pandemi”. Shvoong.com The global source for   summaries and reviews. .http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-  public-health/2194406-pengertian-epidemi-endemi-dan-pandemi/#ixzz2vzhvg5lF.       Diakses pada tanggal 12 Maret 2014
Global, Fatmah Afrianty. “Fenomena Pandemi Flu Babi”     http://yantigobel.wordpress.com/2009/05/01/fenomena-pandemi-flu-babi/. Diakses     pada tanggal 12 Maret 2014

0 komentar:

Posting Komentar

 
Speak Up! Blog Design by Ipietoon